1.pengertian
Pengertian Stenografi Dan Manfaatnya Stenografi
berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari 2 (dua) kata yaitu“STENOS” yang
berarti singkatan atau pendek“GRAPHEIN” yang berarti tulisan.Jadi stenografi (
stenography ) berarti tulisan singkat atau tulisan pendek. Tulisan steno dibuat
dan disusun sedemikian rupa pendek dan singkat sehingga mengakibatkan cepat
dalam menulisnya. Stenografi menggunakan tanda-tanda khususyang lebih singkat
daripada tulisan panjangnya ( latin), dan kemudian disempurnakan dengan
menambah beberapa singkatan ( sudah singkat disingkat lagi ), sehingga waktu
yang digunakan untuk menulis stenogramnya lebih cepat dibanding waku untuk
mengucapkan kata yang dimaksud. Misalnya orang yang menulis huruf latin t
diperlukan 4 gerakan, sedangkan untuk menulis huruf t dengan menggunakan huruf
steno hanya diperlukan satu gerakan saja. Karena hampir setiap lambang atau
symbol huruf steno hanya memerlukan satu gerakan saja.Maka karena pendeknya
gerakan atau sedikitnya gerak yang dibutuhkan dalam menulis steno, stenografi
jauh lebih cepat dibandingkan dengan menulis huruf latin.
2.Perkembangan stenografi
Stenografi berkembang mulai beberapa
abad sebelum Masehi. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan dibeberapa
tempat didunia. Perkembangan stenografi tersebut dapat terlihat di negara-negara
tertentu, misalnya : Stenografi yang dikarang oleh Timothy Bright pada tahun
1588 John Willis pada tahun 1602 dan J. Pitman yang semuanya dari Inggris (
London ) Stenografi yang dikarang oleh Gregg dan John Comstock Evans. Di Jerman
terdapat pengarang F.X Gabelsbelger pada tahun 1824. Stenografi oleh Abel
Duploge tahun 1862 dan Prevost Delanncy tahun 1878 dari Perancis. Di Belanda
terdapat pengarang A.W. Groote pada tahun 1899 dan disusul oleh Gerard Schaap.
Di Indonesia terdapat pengarang J. Paat / Sabirin dan Karundeng tahun 1925.
Berdasarkan Surat Keputusan No.51/1968 tanggal 1 Januari 1968 telah ditetapkan
sistem Karundeng sebagai sistem stenografi standar mata pelajaran pada
Lembaga-Lembaga Pendidikan dalam Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Oleh karena itu stenografi sistem Karundeng merupakan sistem Nasional.
3.Manfaat stenografi
Manfaat stenografi banyak sekali.
Salah satu profesi yang erat kaitannya dengan ketrampilan stenografi adalah
wartawan. Ketrampilan ini bisa dipakai oleh wartawan saat mencatat berita atau
mewawancarai narasumber. Dengan ketrampilan menulis cepat, ia bisa memperoleh
bahan berita dengan lebih cepat. Memang sih, ada voice recorder, tape recorder,
handphone, bahkan Blackberry yang bisa digunakan secara praktis dan mudah. Tapi
ketrampilan stenografi tetap unik, bermanfaat, dan menarik untuk dipelajari.
Bayangkan saja, seandainya suatu saat aneka macam gadget yang selama ini
digendong menguntit kita ke mana-mana, tiba-tiba hilang, lupa dibawa, atau
dilarang dibawa/digunakan karena alasan tertentu. Lantas, apa yang bisa kita
lakukan? Bagaimana mencatat berita? Menulis, tentu saja. Tapi menulis saja
tidak cukup. Perlu menulis dengan cepat. Dan soal ini, tidak semua orang bisa,
kecuali mereka yang benar-benar mahir stenografi. Selain wartawan, stenografi
juga bermanfaat untuk sekretaris, mahasiswa, dan profesi lain yang membutuhkan
ketrampilan menulis dengan cepat. Sekretaris bisa mencatat agenda rapat dengan
cepat. Mahasiswa bisa mencatat ceramah atau bahan kuliah yang disampaikan
dosennya dengan mudah dan cepat, tanpa khawatir tertinggal satu kata pun.
Adapun manfaat dari belajar stenografi ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk membuat hasil persidangan
atau risalah lengkap
2.Hasil sidang notulis sidang atau
panitia sidang pengadilan.
3.Untuk mencatat berita atau pesan melalui pesawat telepon
atau berupa sandi-sandi, baik bagi operator sekretaris maupun bagi petugas
airport.
4.Untuk mencatat dikte.
5.Mahasiswa/siswa yang pekerjaan
setiap hari menulis.
6.Bagi wartawan yang bidang pekerjaannya mencari berita,
menulis berita dan mewawancarai orang.
7.Untuk menterjemahkan rekaman hasil sidang atau rapat,
karena dengan steno dapat diterjemahkan dengan cepat.
8.Untuk mencatat dan membuat catatan
yang bersifat rahasia.
a.abjad
Dalam penggunaan bahasa Indonesia, namun, istilah abjad juga bisa merujuk kepada huruf Alfabet. Masing-masing huruf menggambarkan satu bunyi atau lebih, contoh huruf e dapat menggambarkan bunyi e dalam kata bebek, e dalam kata senang atau e dalam kata tega. Urutan abjad merupakan rangkaian huruf dari A hingga Z, terdiri dari 26 huruf.
2.Huruf konsonan
Huruf Konsonan atau Huruf Mati
Huruf Konsonan adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru mendapatkan hambatan atau halangan. Jumlah huruf konsonan ada 21 buah, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru mendapatkan hambatan atau halangan. Jumlah huruf konsonan ada 21 buah, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
3.Huruf vocal
Huruf Vokal atau Huruf Hidup
Huruf Vokal adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru tidak terkena hambatan atau halangan. Jumlah huruf vokal ada 5, yaitu a, i, u, e, dan o.
Huruf Vokal adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru tidak terkena hambatan atau halangan. Jumlah huruf vokal ada 5, yaitu a, i, u, e, dan o.
4.Huruf konsonan rangkap
Huruf Konsonan Rangkap
Gabungan dua huruf konsonan ada 4 buah dalam bahasa indonesia, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Contohnya : nyamuk, syarat, kumbang, khawatir, dam lain-lain
Gabungan dua huruf konsonan ada 4 buah dalam bahasa indonesia, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Contohnya : nyamuk, syarat, kumbang, khawatir, dam lain-lain
Stenografi mempunyai 3 syarat huruf:
1. Ukuran : 0 ruang, 1 ruang, 2 ruang (normal) dan 3 ruang.
2. Arah penulisan : * Bawah ke atas : huruf vokal *Atas ke bawah : konsonan *Kiri ke kanan : (0 ruang nol ruang)
3. Bentuk: -garis lurus, -garis lengkung, -lingkaran -bagian lingkaran
Nah untuk belajar menulis steno ada buku yang harus dipersiapkan, disini bukunya bukan buku biasa, ini buku khusus karena buku steno itu hampir mirip dengan buku untuk seni musik yang bergaris itu, tapi berbeda. Kalau mau membeli di toko buku biasanya agak susah sih ya karena sekarang sudah jarang yang mempelajari steno.
Tapi sebenarnya di buku apa saja sih bisa, asal kita sudah paham betul bentuk huruf steno itu sendiri, kalau pakai buku steno garis itu kan hanya untuk mempermudah kita membedakan antara huruf satu dengan huruf yang lainnya.
Karena huruf steno itu ada yang sama hanya saja panjang hurufnya yang beda, jadi kalau menulis di buku bergaris dapat terlihat perbedaannya.
Pada dasarnya belajar stenografi
adalah untuk menulis atau menangkap pembicaraan/pidato/suara yang kita dengar
dari sumber suara. Sumber suara ini dapat kita dengar dari seseorang, radio,
televisi, tape recorder dan lain sebagainya.
A. Kegunaan Stenografi
Dalam kehidupan sehari-hari baik untuk keperluan pribadi maupun organisasi seringkali dituntut kemampuan kita untuk merekam pembicaraan dari sumber suara tersebut. Dengan tulisan Lain, Arab, Cina, Rusia, Jepang yang masih merupakan tulisan panjang (longhand), kita masih belum dapat menangkap pembicaraan tersebut. Oleh karena itu perlu kiranya kita mempunyai kemampuan merekam pembicaraan tersebut dengan tanda atau huruf yang relatif singkat.
Untuk hal itu timbul gagasan manusia untuk menciptakan tulisan baru yang sanggup untuk menangkap pembicaraan tersebut. Tulisan baru yang dimaksud adalah tulisan singkat dalam bahasa Yunani disebut stenography.
Kata stenography terdiri dari dua kata yaitu stenos dan graphein. Stenos berarti singkat atau pendek dan graphein berarti tulisan. Jadi stenography (stenografi) berarti tulisan singkat atau tulisan pendek. Karena singkatnya itulah yang mengakibatkan cepat. Dengan demikian kalau ada yang mengatakan bahwa stenografi itu tulisan cepat adalah salah.
Stenografi tersebut menggunakan tanda-tanda khusus yang lebih singkat dari pada tulisan latin. Selanjutnya disempurnakan dengan singkatan-singkatan, sehingga waktu yang digunakan untuk menulis stenogramnya diharapkan lebih cepat dibandingkan dengan pengucapannya. Hal ini memungkinkan pidato dalam sidang, rapat, diskusi dan lain-lain dapat ditangkap dengan menggunakan stenografi.
B. Sistem Stenografi
Stenografi berkembang dimulai beberapa abad sebelum masehi. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan-penemuan di beberapa tempat di dunia ini. Misalnya ditemukannya hieroglyphs di Mesir pada tahun 3100 sebelum masehi yang dianggap sebagai stenografi tertua dalam sejarah. Pada tahun 63 sebelum masehi Marcus Tulius Tiro dari Roma menciptakan tachigraphy yang dipergunakan di Romawi dan Yunani.
Pada abad 16 di negara-negara maju mulai tumbuh beberapa sistem stenografi.
Negara yang menggunakan sistem
stenografi biasanya adalah negara tetangga atau negara bekas jajahan. Sistem
Pitman (Inggris) digunakan di Australia, Singapura, India, Pakistan, Malaysia,
Srilangka, Hongkong, Birma dan Bangladesh. Sistem Scheithauer dan Stolze
(Jerman) digunakan di Rusia, Italia dan Belanda. Sistem Groote (Belanda)
digunakan di daerah bekas jajahan Belanda yaitu Indonesia. Karena sistem ini
diciptakan oleh bangsa Belanda maka penciptanya berorientasi pada sifat dan
kondisi kata-kata bahasa Belanda. Sistem Groote tersebut diterapkan ke dalam
bahasa Indonesia. Muncul penyusun buku-buku stenografi Indonesia yang berasal
dari sistem Groote seperti Sabirin, Hatijah, W.A. Fouwler, J.Paat, Iskandar
Pulungasn, Van Genderan, Risma, dan sebagainya.
C. Sistem Karundeng (Indonesia)
Berdasarkan Surat Keputusan No.51/1968, tanggal 1 Januari 1968 telah ditetapkan Sistem Karundeng sebagai sistem stenografi standard yang berlaku pada lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan departemen pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu stenografi sistem Karundeng merupakan system nasional. Karena penciptanya adalah putra Indonesia yang sudah berpengalaman dalam bermacam-macam sistem stenografi, maka ciptaannya berorientasi pada sifat-sifat dan spesifikasi kata-kata bahasa Indonesia.
D. Metode Khusus Stenografi
Ada dua macam metode yang dianut oleh penyususn buku stenografi yaitu metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method). Metode langsung adalah sejak dimulainya pengenalan huruf maka sejak itu pula siswa diberikan makna atau arti singkatan atau fungsinya. Siswa harus memperhatikan sambungan-sambungan dan arti setiap huruf atau beberapa huruf dan fungsinya dalam peraturan menyingkat atau singkatan tetap. Keuntungan dari metode langsung adalah siswa langsung menulis stenografi dengan menggunakan singkatan sehingga menghemat waktu belajar. Karena belajar stenografi adalah belajar menulis dan membaca, maka metode langsung tidak cocok sepenuhnya dengan asas belajar menulis yang baik dan benar agar mudah dibaca.
Metode tidak langsung adalah siswa diperkenalkan dengan huruf-huruf steno dan cara-cara menyambungnya sehingga menjadi kata-kata dan kalimat-kalimat, tetapi belum diperkenalkan singkatan-singkatan tetap dan makna peraturan singkatannya. Dengan cara demikian diharapkan siswa menguasai betul huruf steno, baik dalam bentuk maupun cara menyambungnya. Dengan dikuasainya bentuk, sambungan huruf dan kelancaran menulis, maka masalah singkatan tidak begitu masalah, sebab dasarnya sudah dikuasai.
E. Media dalam Belajar Stenografi
Media yang dibutuhkan siswa dalam belajar stenografi adalah buku tulis, pensil, penggaris, dan penghapus. Pemakaian buku tulis dapat dilakukan dengan menggunakan buku biasa atau buku khusus stenografi. Apabila menggunakan buku tulis biasa harus membagi ruang buku tulisnya dalam beberapa bagian atau ruang.
Selama masih dalam proses bealjar pengenalan huruf, harus digunakan garis-garis penolong untuk bermacam-macam ukuran huruf. Oleh karena itu ruang buku tulisnya harus dibagi sesuai dengan taraf atau tingkat belajarnya.
C. Sistem Karundeng (Indonesia)
Berdasarkan Surat Keputusan No.51/1968, tanggal 1 Januari 1968 telah ditetapkan Sistem Karundeng sebagai sistem stenografi standard yang berlaku pada lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan departemen pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu stenografi sistem Karundeng merupakan system nasional. Karena penciptanya adalah putra Indonesia yang sudah berpengalaman dalam bermacam-macam sistem stenografi, maka ciptaannya berorientasi pada sifat-sifat dan spesifikasi kata-kata bahasa Indonesia.
D. Metode Khusus Stenografi
Ada dua macam metode yang dianut oleh penyususn buku stenografi yaitu metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method). Metode langsung adalah sejak dimulainya pengenalan huruf maka sejak itu pula siswa diberikan makna atau arti singkatan atau fungsinya. Siswa harus memperhatikan sambungan-sambungan dan arti setiap huruf atau beberapa huruf dan fungsinya dalam peraturan menyingkat atau singkatan tetap. Keuntungan dari metode langsung adalah siswa langsung menulis stenografi dengan menggunakan singkatan sehingga menghemat waktu belajar. Karena belajar stenografi adalah belajar menulis dan membaca, maka metode langsung tidak cocok sepenuhnya dengan asas belajar menulis yang baik dan benar agar mudah dibaca.
Metode tidak langsung adalah siswa diperkenalkan dengan huruf-huruf steno dan cara-cara menyambungnya sehingga menjadi kata-kata dan kalimat-kalimat, tetapi belum diperkenalkan singkatan-singkatan tetap dan makna peraturan singkatannya. Dengan cara demikian diharapkan siswa menguasai betul huruf steno, baik dalam bentuk maupun cara menyambungnya. Dengan dikuasainya bentuk, sambungan huruf dan kelancaran menulis, maka masalah singkatan tidak begitu masalah, sebab dasarnya sudah dikuasai.
E. Media dalam Belajar Stenografi
Media yang dibutuhkan siswa dalam belajar stenografi adalah buku tulis, pensil, penggaris, dan penghapus. Pemakaian buku tulis dapat dilakukan dengan menggunakan buku biasa atau buku khusus stenografi. Apabila menggunakan buku tulis biasa harus membagi ruang buku tulisnya dalam beberapa bagian atau ruang.
Selama masih dalam proses bealjar pengenalan huruf, harus digunakan garis-garis penolong untuk bermacam-macam ukuran huruf. Oleh karena itu ruang buku tulisnya harus dibagi sesuai dengan taraf atau tingkat belajarnya.
Belajar pengenalan huruf. Dalam tingkat ini ruang buku tulis dibagi dalam 3 ruang dengan menggunakan pensil. Dianjurkan menggunakan buku yang 6 mm dan kalau dibagi 3 tiap ruang menjadi 2 mm. Untuk tahap ini dapat digunakan buku khusus untuk steno Karudeng yang sudah mempunyai ruang 2 mm. Hal ini disebabkan karena huruf-huruf steno sistem Karundeng ada empat macam ukuran, yaitu:
- Huruf yang tingginya 1 1/2 normal.
- Huruf yang tingginya 1 normal.
- Huruf yang tingginya 1/2 normal.
- Huruf yang mendatar pada garis.
Dengan demikian huruf yang tingginya 1 ½ normal kalau ditulis pada buku tulis yang sudah dibagi-bagi tersebut ditulis dalam 3 ruang, huruf yang 1 normal ditulis 2 ruang, dan yang ½ normal ditulis 1 ruang.
Memperkecil tulisan. Tahap ini dimaksudkan untuk memperkecil tulisan dan mengurangi garis penolong, yaitu dengan jalan menghilangkan salah satu garis. Dalam hal ini ruang buku tulis tidak dibagi lagi 3 tetapi 2, jadi tiap ruang lebarnya 3 mm. dengan demikian pedoman menulisnya adalah sebagai berikut:
- Huruf yang tingginya 1 1/2 normal di tulis 1 1/2 ruang.
- Huruf yang tingginya 1 normal ditulis 1 ruang.
- Huruf yang tingginya 1/2 normal ditulis 1/2 ruang.
Menulis tanpa garis penolong. Menulis tanpa garis penolong merupakan tujuan akhir menulis stenografi. Jadi menulisnya diperbolehkan pada buku tulis biasa yang ruang garisnya 7 mm atau 8 mm atau menggunakan buku khusus stenografi. Tahap ini bisa dilakukan bila sampai pada tingkat kecepatan.
Pensil banyak pengaruhnya terhadap siswa yang baru pertama kali belajar stenografi. Sebab kalau salah pilih standar pensil yang digunakan akan mematahkan semangat belajar. Oleh karena itu perlu dianjurkan pensil yang bagaimana yang baik dipakai untuk menulis stenografi.
Pensil yang baik adalah pensil yang tidak terlalu lunak dan tidak terlalu keras. Pensil yang terlalu lunak, selain cepat tumpul, kalau dihapus juga meninggalkan bekas kotor. Pensil yang terlalu keras dalam menulisnya harus ditekan, hal ini akan mengakibatkan tulisannya kurang baik atau teraannya tidak lurus. Pensil yang sedang biasanya mempunyai label “AB” atau “B” jangan menggunakan pensil dengan label “H”, “2H”, “2B”, dan “3B”.
Penggaris. Alat ini digunakan untuk membuat baris pada buku tulis biasa yang harus dibagi-bagi. Pilihlah penggaris yang masih baik/lurus. Usahakan garisnya tidak tebal, sebab fungsinya hanya sebagai garis penolong. Kalau garisnya terlalu tebal, maka yang menonjol adalah garisnya, bukan tulisannya.
Penghapus. Penghapus digunakan jika terdapat kesalahan penulisan. Sebetulnya asas penggunaan penghapus ini kurang baik untuk belajar stenografi. Kalau ada kesalahan sebaiknya diulang saja atau kalau sudah merupakan suatu kata, maka kata yang salah tersebut dicoret saja dan diganti dengan yang benar. Namun untuk kepuasan siswa supaya terlihat rapi, maka tidak ada salahnya menggunakan penghapus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar